Sedangkan dari segi penyerapan tenaga kerja, sebanyak 760 perusahaan kosmetik yang tersebar di wilayah Indonesia telah mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 75.000 orang secara langsung dan 600.000 orang secara tidak langsung. “Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat, industri kosmetik nasional juga menunjukkan tren industri yang meningkat. Saat ini, produk kosmetik selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga diekspor hingga menembus pasar internasional, seperti: ASEAN, Jepang, Timur Tengah, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Afrika,” tegas Menperin.
Menurut dia, saat ini terdapat 1.160 industri jamu yang terdiri dari 16 industri skala besar dan 1.144 industri skala kecil dan menengah yan tersebar di berbagai wilayah Indonesia terutama di pulau jawa. Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha (GP) Jamu, Charles Saerang mengatakan potensi ini perlu didukung sepenuhnya oleh pemerintah. Pasalnya, keberadaan jamu sudah ada sejak jaman Majapahit dan selalu bisa dipertahankan di masyarakat.
Minum jamu itu sudah jadi tradisi sejak (kerajaan) Majapahit. Selain bisa menyehatkan badan, juga bisa bermanfaat kepada petani. Jamu itu selalu bisa dipertahankan di masyarakat karena tanpa campuran kimia. Saya harapkan minuman jamu jadi minuman resmi di kementerian-kementerian,” kata Charles. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, optimistis bahwa produsen jamu di Tanah Air sudah siap untuk bersaing dan berkompetisi dengan negara lain.
industri jamu mengalami kenaikan yang signifikan. Pada tahun 2014 industri jamu mencatatkan penjualan sebesar Rp 15 triliun. Untuk tahun ini, ia mengatakan, proyeksi penjualan akan mencapai Rp 20 triliun atau mengalami kenaikan sebesar Rp 5 triliun. Industri jamu mencatatkan prestasi yang menggembirakan dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut terlihat dari omzet yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar