Makloon

Minggu, 20 Maret 2016

Terorisme dan pedagang herbal

Kegiatan yang berukuran massive pasti butuh suplai dana yang besar dan kontinyu agar kegiatan tersebut berjalan dengan baik dan sesuai target. banyak hal yang dilakukan yang merupakan kegiatan penggalangan dana, mulai dari donasi hingga pembuatan jaringan bisnis yang luas. hal ini sudah lazim dilakukan oleh banyak pihak, termasuk indonesia pada saat perjuangan kemerdekaan.



saat ini sedang berjalan kegiatan radikalisasi dengan membawa agama sebagai landasan agama dan membuat para pihak yang mendukung menghalalkan berbagai macam cara, termasuk didalamnya mengkafirkan orang yang tidak sejalan meskipun satu agama. aksi paling buruk dengan melakukan terorisme yang membuat keadaan mencekam dan berimplikasi buruk terhadap kehidupan sosial. 



besarnya kegiatan radikalisme juga didukung dengan kegiatan ekonomi dengan berbagai sisi yang dilakukan, salah satunya dalam bidang perdagangan herbal. mengapa dagang herbal lebih ditonjolkan untuk menjadi media pengeruk dana. hal ini disebabkan oleh kebutuhan dasar hidup setelah sandang pangan papan adalah kesehatan dan pendidikan. hal itulah yang menjadi fokus penggalangan dana yang bisa menjadi menyeluruh dan berkelanjutan. 

berdirinya beberapa rumah sakit yang dimiliki oleh kelompok radikal adalah salah satu platform yang dijalankan dengan asumsi diperoleh profit yang bisa di share dengan kelompoknya. namun karena modal investasinya sangat besar dan perlu perijinan yang ketat dan rumit. sehingga perkembangannya tidak bisa melonjak. maka diliriklah jalur perdagangan obat dan herbal. namun karena kelompok radikal kurang menyukai perdagangan obat kimia ( dianggap ciptaan orang kafir ) sehingga kelompok tersebut memilih perdagangan herbal.



mereka bisa dilihat dan dirasakan, namun sulit untuk dibuktikan karena memang sistem yang dijalankan sudah baku dan tertata dalam sebuah jaringan rapi dan menjangkau banyak konsumen. untuk orang awam bisa mencermati dengan beberapa indikasi yang mudah dipahami, antara lain ; 

1. produk yang ditawarkan harganya diluar batas kewajaran harga sebuah produk. misal ada produk herbal madu dengan ijin PIRT berarti seharusnya tidak boleh mencantumkan khasiat, namun dikemasan dicantumkan dan harga jualnya luar biasa mahal. 

2. katanya dijual dengan sistem MLM, namun tidak diketahui mana upline, mana downline, mana stockistnya dan nama MLM nya apa juga tidak jelas. hal ini sangat wajar karena memang mereka sudah membentuk jaringan rapi. lapis distributor provinsi, distributor kabupaten dan reseller. mereka hanya menjual yang di perintahkan secara hirarki oleh pimpinan mereka. 

3. produk yang dijual tidak diketahui alamat produksinya dan apabila produk tersebut sedang laku keras pun tidak dijual bebas diberbagai apotik, toko obat atau toko herbal biasa. biasanya hanya beredar di seputaran pertemuan rutin dan door to door. untuk konsumen diluar kelompoknya, biasanya menggunakan toko herbal eceran yang memang termasuk dalam jaringan mereka.




4. jika ada produk sejenis yang dijual bukan dari kelompoknya dan ternyata memiliki daya saing yang bagus. maka sebisa mungkin mereka menjelekkan produk tersebut dan memboikot agar persepsi konsumen menjadi buruk. selain itu banyak agen yang disusupkan untuk ikut jualan produk tersebut namun beritikat tidak baik. ordernya banyak, tapi bayarannya lambat ( bahkan tidak mau bayar ) agar keuangan perusahaan yang menjual produk tersebut kacau. sedangkan para penjual akan menjual produk tersebut semurah mungkin ( harga modal ) agar " penjual asli " tidak bisa menyaingi. 

5. setiap mereka akan produksi produk baru, didukung modal yang dihutangkan oleh uang kas kelompok mereka dengan kewajiban membagi hasil keuntungan dengan kelompok. demikian juga agen yang memasarkan akan diberi bantuan modal oleh kelompok di daerahnya. agen juga berkewajiban membagi hasil keuntungan kepada kelompoknya karena bantuan modal tersebut. 

6. sistem promosi dan pembentukan opini sangat terorganisasi. satu anggota bisa memiliki lebih dari 1 nama BBM, WA, FB, dan sosmed lainnya. kemudian mereka membentuk kelompok kecil untuk berbaur dengan berbagai kelompok masyarakat umum. jika ada yang membuang topik, maka para anggota akan ikut memberi komentar agar terkesan ramai dan di respon bagus oleh masyarakat. sehingga opini terbentuk. opini bisa saja membangun kesan baik atau juga sebaliknya.




apakah anda akan mudah termakan oleh hasutan kelompok tersebut atau anda akan lebih bijaksana dalam menyikapi. itu ada pada pemahaman masing-masing individu. yang pasti keuntungan atas penjualan produk sangat besar dan lebih dari cukup untuk mendukung kegiatan radikalisme. mari kita menjaga hati dan keluarga kita agar tidak terombang ambing. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar